Rabu, 16 November 2011

MENSTRUASI


BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Definisi
            Haid atau menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium.
2.2 Menstruasi Normal
Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dengan mulainya haid berikutnya. Hari petama mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari osteum uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan kurang lebih satu hari. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus, lama dan jumlah perdarahan yang normal adalah sebagai berikut :


NORMAL
ABNORMAL
LAMA                                                                                        

JUMLAH        


SIKLUS   

 2 – 6  hari     

 30 – 80  ml   
 

21 – 35  hari                   
<   2  hari
>   7  hari
>   80 ml / hari  
<   21  hari
                                                          >   35  hari 


Saat terjadinya menstruasi secara normal disertai pula dengan terjadinya penurunan kadar Hb sebesar 0,25 - 0,5 gr%. Menstruasi yang normal meliputi warna darah haid merah tua kehitaman, cair tidak membeku dan berbau anyir. Kandungan dari  cairan haid terdiri dari darah yaitu sebesar 50-70%, lendir yang berasal dari vagina, bagian dari endometrium dan epitel vagina yang terlepas, microorganisme dan transudat dari vagina.
2.3 Sistem hormonal
Perubahan hormonal siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium dan perubahan endometrium. Siklus menstruasi yang berlangsung secara teratur tiap bulan, bergantung pada serangkaian langkah-langkah siklik yang terkoordinasi dengan baik, yang melibatkan sekresi hormon pada berbagai tingkat dalam sistem integrasi. Pusat pengendalian hormon dari sistem reproduksi adalah hipotalamus. Dua hormon hipotalamus gonadotropic releasing hormon (GnRH), yaitu follicle stimulating hormone -releasing hormone (FSHRH) dan luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH). Kedua hormon itu masing-masing merangsang hipofisis anterior untuk menyekresi follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
2.4 Siklus menstruasi normal
            Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus ovarium terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi.
            Perubahan di dalam uterus merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Uterus terdiri dari 3 lapis yaitu perimetrium (lapisan terluar), miometrium (lapisan otot, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan paling dalam). Endometrium adalah lapisan yang berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.
            Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah :
  1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan oleh hipotalamus yang berfungsi merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH.
  2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan oleh hipotalamus untuk merangsang hipofisis untuk mengeluarkan LH.
  3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin.

Gambar 1 Siklus Hormonal
            Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium. Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat juga mengalami perkembangan sehingga bisa menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH dan FSH barada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus.
            Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus ovarium terdiri dari :
1.      Fase folikular
Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel ovum yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi. Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan.
2.      Fase luteal
Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari.
Siklus endometrium dikenal 3 fase utama yaitu :
  1. Fase proliferasi
Berlangsung mulai dari berhentinya darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan uterus untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai ke-14 dapat terjadi pelepasan sel ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.
  1. Fase sekresi
Fase sekresi adalah fase sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi uterus siap untuk implantasi (perlekatan janin ke uterus) .
  1. Fase menstruasi
Berlangsung 2-8 hari. Pada fase ini endometrium dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah.
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal adalah sebagai berikut :
  1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH,LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dri fase luteal siklus sebelumnya.
  2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium.
  3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastik (LH surge) merupakan respon bifasik.
  4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron.
  5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu kemudian menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi ataupun dari folikular ke luteal.
  6. Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum.
  7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi.
  8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.

Gambar 2. Siklus menstruasi normal
            Mekanisme terjadinya haid selain dipengaruhi oleh adanya hormon estrogen dan progesteron yang meningkat akan tetapi terjadinya haid juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang juga berperan yaitu antara lain :
  1. Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut serta dalam pembentukan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, dengan akibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian, lebih banyak zat-zat makanan yang mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum, apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesteron, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan dan merusakkan bagian dari sel-sel yang berperan dalam sintesis protein. Karena itu timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
  1. Faktor vaskuler
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena dan hubungan antaranya. Dengan regresi endometrium timbul stasis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari vena.
  1. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2 α. Dengan desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.
Terjadinya menstruasi terbagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut :
  1. Menstruasi  ovulatoir
Terjadinya menstruasi yang didahului oleh proses ovulasi. Merupakan menstruasi yang normal.
  1. Menstruasi anovulatoir
Menstruasi tanpa didahului proses ovulasi (tidak terjadi korpus luteum dan pembentukan progesteron). Endometrium tetap dalam stadium proliferasi sampai terjadinya menstruasi. Normal terjadi pada wanita laktasi, pubertas dan menjelang menopause.
Beberapa istilah yang dikenal dalam siklus menstruasi adalah sebagai berikut :
  1. Menarche : Haid yang pertama kali datang. Biasanya pada wanita usia antara 12-14 tahun. Pada saat ini biasanya menstruasi belum teratur.
  2. Menopause : masa berhentinya haid dimana 12 bulan berturut-turut sebelumnya tidak terjadi menstruasi. Akibat penurunan hormon estrogen, biasanya terjadi pada wanita usia lebih dari 45 tahun.
  3. Amenorrhoe : Amenorrhoe bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala, amenorrhoe adalah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih.
Amenorrhoe terbagi menjadi primer dan sekunder. Amenorrhoe primer kita pergunakan bila seorang wanita belum pernah mendapat menstruasi dan didiagnosis saat pasien mencapai umur 18 tahun.
Amenorrhoe sekunder adalah hilangnya darah haid setelah menarche.
  1. Pseudoamenorrhoe (kryptomenorrhoe). Pada keadaan ini haid ada, tetapi darah haid tidak keluar karena tertutupnya cervix, vagina atau hymen.
  2. Menstruasi precox. Perdarahan pervaginam pada anak muda (kurang dari 8-10 tahun yang disertai dengan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder sebelum waktunya) belum tentu menstruasi, karena dapat disebabkan oleh Sarcoma dari uterus atau vagina.
  3. Hypomenorroe ialah pendarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Secara normal haid sudah berhenti dalam 7 hari
  4. Oligomenorroe : Haid yang jarang, siklus haid lebih dari 35 hari,
  5. Hipermenorre. Adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).
  6. Polimenorroe. Haid sering datang, siklus pendek kurang dari 25 hari
  7. Menorrhagia : pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi, siklus haidnya normal.
  8. Metrorrhagia : lama dan jumlah darah haid yang keluar meningkat disertai siklus haid yang yang tidak normal atau interval antara haid yang terakhir dengan haid berikutnya dekat.
  9. Dismenorroe : nyeri sewaktu haid. Nyeri dapat dirasakan sebelum, selama atau sesudah haid.















DAFTAR PUSTAKA

Guyton,C Arthur, Fisiologi Kedokteran, 1997, Jakarta : EGC
Price, Silvia, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta : EGC
Sastrawinata, Sulaiman, Ginekologi, 1999, Bandung : Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung
Wiknjosastro, Hanifa, Ilmu Kebidanan, 2005, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


Artikel Terkait:




Artikel Terkait:




Artikel Terkait:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar