Rabu, 16 November 2011

KONSEP RESPON PSIKOSOSIAL


2.2 Konsep Respons Psikososial
2.2.1 Pengertian Respons
            Respons berdasarkan kamus bahasa berarti jawaban, balasan, tanggapan. Respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makna serta lingkungan disebut dengan perilaku kesehatan.Respons atau reaksi manusia baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap)maupun bersifat aktif (tidakanyang nyata atau praktis).Adapun stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsurpokok yaitu : (1) Sakit, (2) Penyakit, (3) Sistim pelayanan kesehatan,(4) Lingkungan. (Notoatmojo S, 1997). Dengan demikian perilaku kesehatan itu mencakup : Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespons baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya) maupun aktif  (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit tersebut. Perilaku terhadap sitem pelayanan kesehatan adalah respons seseorng terhadap system pelayanan kesehatan moderen maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, , persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah: Respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.(Notoatmojo S, 1997).
2.2.2  Pengertian Psikososial
            Psikososial adalah satu kesatuan dari aspek intelektual, emosional dan pembawaan spiritual (Thompson, 1981)
            Tingkat kebutuhan psikososial adalah jenjang kebutuhan yang meliputi dimensi psikis atau internal yang terdiri dari perasaan, sikap, pikiran, khayalan, ingatan, pendapat, nilai-nilai dan kesan diri dan juga dimensi sosial, eksternal atau interaksi yang mencakup hubungan dengan lingkungan fisik, keluarga, masyarakat dan keadaan tempat keluarga berada (Nelson, 1990)
Pendekatan kognitif adalah pendekatan dengan mempertimbangkan aspek persepsi, pendapat dan daya ingat yang biasanya merupakan segi-segi intelektual (Nelson, 1990).
            Pendekatan afektif adalah pendekatan dengan mempertimbangkan aspek perasaan atau emosi yang dilakukan pada kondisi-kondisi anxietas, depresi, rasa takut, marah, sedih, gembira dan cemburu (Nelson,1990)

2.2.3  Respons  Psikososial (CCFNI)
  Menurut Journal Of Critical Care Nursing (Edisi Februari 1996) bahwa kebutuhan psikososial tentang Critical Care Family Need Inventory (CCFNI) respons psikososial  keluargan   dikelompokkan menjadi 5 aspek atau domain yaitu:
1). Informasi
            Informasi adalah bahan pengetahuan tentang suatu topic yang akan disampaikan dari seseorang kepada orang lain baik secara individual atau kelompok dengan menggunakan bahasa verbal atau non verbal (Gilles, 1989). Informasi yang dibutuhkan keluarga klien di R. ICU antara lain: 1) Mengetahui perkembangan penyakit (prognosis), 2) Mengetahui mengapa tindakan tertentu dilakukan pada keluarga yang sakit. 3) Mengetahui kondisi sesungguhnya mengenai perkembangan penyakit (prognosa) keluarga yang sakit 4) Mengetahui bagaimana kondisi keluarga yang sakit setelah dilakukan tindakan pengobatan 5) Mendapat informasi tentang keluarga yang sakit paling sedikit sekali sehari 6) Pemberitahuan tentang rencana pindah atau keluar dari R. ICU. 7) Dapat petunjuk untuk apa keluarga klien melakukan sesuatu saat di R. ICU. 8) Dapat penjelasan tentang apa yang akan dijumpai di R. ICU. Sebelum masuk kesana untuk pertama kali.
2)  Support
            Support adalah suatu bentuk dukungan biopsikososial spritual yang ditujukan pada orang lain baik pada kondisi sehat atau sakit dengan tujuan memberikan rasa tenang, tentram dan bahagia (Nelson, 1990). Support yang dibutuhkan keluarga klien di R. ICU antara lain: 1) Mempunyai petanyaan yang dijawab secara jujur. 2) Merasa ada personil R. ICU. Memperhatikan keluarga yang sakit. 3) Berkonsultasi tentang kondisi keluarga yang sakit setiap hari dengan dokter yang merawat. 4) Ada pelayanan rohaniawan di R. ICU.
3)  Nyaman
            Nyaman adalah suatu ungkapan perasaan yang menunjukkan kondisi rileks, tenang, tentram dan terbebas dari gangguan lingkungan baik biopsikososial maupun spiritual (Long B.C, 1996) yaitu : 1) Mengetahui bahwa keluarga yang sakit masih sanggup mendengarkan tanpa harus dibangunkan. 2) Ada pemberitahuan ke rumah bila ada perubahan kondisi secara mendadak pada keluarga yang sakit. 3) Mempunyai kenyamanan dengan perabotan di ruang tunggu. 4) Mempunyai waktu khusus/istimewa saat menjenguk keluarga yamg sakit. 5) Pumya jam kunjung yang dimulai tepat waktu.
4)  Kedekatan
            Kedekatan adalah hubungan atau interaksi sosial antar individu atau kelompok yang memiliki hubungan yang berdampak pada rasa kasih dan saying (Nelson, 1990). yaitu: 1) Dapat melihat /menjenguk di R. ICU. secara teratur.2) Bercakap/berkonsultasi dengan perawat yang sama tentang  keluarga yang sakit setiap hari.3) Membantu merawat fisik(membersihkan, seka badan, sisir rambut dan lain-lain)4) Membantu memberi dukungan(support) mental pada keluarga yang sakit
5)  Jaminan
            Jaminan adalah konsistensi dari pemberi jasa pelayanan kepada penerima jasa pelayanan mengenai mutu atau kualitas pelayanan yang berdampak pada lagalitas atau hukum (Gilles, 1989). 1) Merasa ada harapan tentang kesembuhan keluarga yang sakit. 2) Mengetahui bahwa selama tindakan dilakukan pada keluarga yang sakit bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit(agar nyaman). 3) Mempunyai makan yang terbaik dan bermutu untuk keluarga yang sakit. 4) Ada jaminan bahwa perawatan terbaik telah diberikan pada keluarga yang sakit.  5) Perlindungan diri dari sinar dan prosedur.

2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi  Respons psikososial   Keluarga
1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu (Suwarno, 1992). Dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Menurut Y. B. Mantra yang dikutip oleh Notoadmojo (1985) pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1983).
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan respons psikososial seseorang dengan pendidikan tinggi mampu mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan konstruktif dari pada seseorang yang berpendidikan rendah. (Broewer, 1983).
1)      Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun (Elisabeth B. H., 1995).
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum dewasa. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa (Hudoh, 1998).
Makin tua umur seseorang makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.
2) Hubungan Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga yang saling mempengaruhi satu sama lainnya (Gilles et al, 1989). Menurut File (1985) bila ada salah satu anggota keluarga yang sakit dapat memberikan perubahan yang maladaptif.
3) Jenis Kelamin
Folkman and Lazarus (dalam Hamilton, 1997) mengatakan bahwa dalam menggunakan pola koping wanita kurang efektif dibanding pria. Hal itu terjadi karena
wanita lebih dipengaruhi oleh emosi yang mengakibatkan pola berpikirnya kurang rasional dibandingkan pria.
2)      Status Sosial Ekonomi
Wesbrook (1984) mengatakan bahwa orang-orang dengan status sosial ekonomi rendah kurang aktif dan lebih fatalistis atau respons menolak, bila dibandingkan orang yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi.

Menurut Roy yang dikutif oleh Nursalam (2003) dalam mengatasi respons psikososial seperti kecemasan digunakan istilah mekanisme coping yaitu sebagai suatu system adaptasi. Dan tingkat adaptasi tersebut tergantung dari stimulus yang didapat berdasarkan kemampuan individu.Tingkat respon antar individu sangat unik dan bervariasi tergantung pengalaman yang didapatkan sebelumnya, status kesehatan individu,dan stressor yang diberikan. Menurut Tri Rusmi (1999) stresor yang diberikan kepada individu akan mempengaruhi emosi dan kognisi .Emosi merupakan gejolak perasaan sehingga terjadi sensasi jasmaniah yang mengandung subyektifitas pengetahuan, dengan terekspresi dari apa yang diketahui individu diluar batas perilaku. Dan Charles Darwin (1972) mengatakan emosi adalah, individu yang sedang dalam memilih alternative penentuan keputusan dan mengalami kesulitan dalam penemuan ideal diri. Emosi dan kognisi saling mempengaruhi dimana kognisi /fikiran adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional, termasuk proses  mengingat, menilai, orientasi,  persepsi dan memperhatikanori /ingatan (Stuart dan Sunden, 197,hlm.612).
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. I/No.1/Januari 1997.Analisa Konsep Koping

Journal of Critical Care Nurse (Juni 1994) Waiting And Wanting : Helping Families In Crisis.
Stuart dan Sundreen, (1997). Principles & Practice of Psychiatric Nursing. Masby Year Book Inc, St. Louis
Notoadmojo, S. (1993).Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Noto atmodjo S,(1988) Pengantar Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Penerbit Andi Yogyakarta.
Long, B. C. (1996). Essential of Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, The CV. Mosby Company, St. Louis, USA.


Artikel Terkait:




Artikel Terkait:




Artikel Terkait:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar