Kamis, 24 November 2011

ASKEP HNP


BAB I
PENDAHULUAN


1.1         Pengertian
Salah satu penyebab paling sering nyeri punggung pada orang dewasa adalah Hernia Nukleus Pulposus (HNP). Apakah yang dimaksud HNP? Sebelum mengetahui lebih lanjut kita perlu mengetahui anatomi fisiologi berikut ini.
 Di antara dua korpus vertebrata yang berdekatan, dari vertebra servikalis II sampai vertebra sakralis terdapat discus intervertebralis. Discus itervertebralis terdiri atas nucleus pulposus di bagian tengah dan annulus fibrosus yang mengelilinginya.
Nucleus pulposus mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel jaringan ikat, dan sel tulang rawan. Bahan tersebut berfungsi sebagai peredam kejut antara korpus vertebra yang berdekatan dan juga berperan penting dalam pertukaran cairan antara discus dan kapiler.
Annulus fibrosus terdiri dari cincin fibrosa kosentrik yang mengelilingi nukleus pulposus. Fungsinya adalah agar dapat terjadi gerakan antar korpus-korpus vertebra, menahan nucleus pulposus dan sebagai peredam kejut.
Discus intervertebralis membentuk sekitar seperempat dari panjang keseluruhan kolumna vertebralis. Discus paling tipis terletak di region torakalis dan yang paling tebal di region lumbalis. Seiring bertambahnya usia, kandungan air diskus berkurang dan diskus menjadi lebih tipis.
HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik) (Harsono,1996). HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. HNP bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990). HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)

1.2         Patofisiologi
Regio lumbalis merupakan bagian yang tersering mengalami hernia nukleus pulposus. Sebagian besar HNP terjadi di daerah lumbal di antar-ruang L4-L5 atau L5-S1. Kandungan air diskus berkurang seiring bertambahnya usia (dari 90% pada masa bayi menjadi 70 % pada lansia). Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Selain itu serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut berperan menyebabkan HNP melalui anulus disertai penekanan akar saraf spinalis.
 Perubahan morfologik pertama yang terjadi pada ruptur diskus adalah memisahnya lempeng tulang rawan dari korpus vertebra di dekatnya. Saat timbul suatu gaya kompresi vertikal maka bagian lempeng tulang rawan yang terlepas tersebut bergeser ke belakang dan nukleus pulposus menonjol melalui serat anulus yang robek. Arah tersering HNP adalah posterolateral karena akar saraf di daerah lumbal ke bawah sewaktu keluar melalui foramen saraf .
HNP juga dapat mengenai diskus servikalis. HNP servikalis berpotensi menimbulkan kelainan serius dan dapat terjadi kompresi medula spinalis bergantung pada arah penonjolan. HNP servikalis biasanya menekan akar di bawah ketinggian diskus. Dengan demikian diskus C5-C6 menekan akar saraf C6 dan diskus C6-C7 mengenai akar C7.
Pada umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berat dengan keluhan utamanya adalah nyeri di punggung bawah disertai nyeri otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Pasien umumnya menceritakan riwayat serangan nyeri dan berkurangnya mobilitas tulang belakang secara bertahap. Walaupun pasien cenderung mengaitkan masalahnya dengan kejadian mengangkat barang atau membungkuk, HNP adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-serangan penekanan akar saraf yang menimbulkan berbagai gejala dan periode penyesuaian anatomik.

1.3         Gejala
Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Hal ini desebabkan oleh spasme otot-otot tersebut dan spasme menyebabkan penekanan pada saraf, neuron saraf menjadi terjepit lalu timbul reaksi zat kimia/bioaktif (serotonin , bradikinin dan prostaglandin). Zat-zat tersebut merupakan reseptor nyeri sehingga timbul rasa nyeri pada diri pasien.

1.4         Penatalaksanaan
1.    Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik.
Macam :
a.      Disektomi       :   Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral.
b.      Laminektomi   :   Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks.
c.      Laminotomi         :           Pembagian lamina vertebra.
d.     Disektomi dengan peleburan.
2.    Immobilisasi
Immobilisasi dengan menggunakan traksi dan brace. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pergerakan vertebra yang akan memperparah HNP.
3.    Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan vertebra servikalis.
4.    Meredakan Nyeri
Kompres hangat dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri. Kompres hangat menimbulkan vasodilatasi sehingga tidak terjadi kekakuan pada daerah vertebra. Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pasien. Sedatif diberikan agar pasien merasa tenang dan tidak banyak bergerak/gelisah sehingga tidak menjadikan penyakitnya semakin parah. Relaksan otot diberikan agar otot tidak tegang/spasme. Obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosteroid diberikan untuk mengatasi inflamasi.

1.5         Manifestasi Klinis
Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis  bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).

1.6         Pemeriksaan Diagnostik
·        RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang.
·        M R I : untuk melokalisasi ruptur diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal.
·        CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada M R I.
·        Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena.














BAB II
PENGKAJIAN


2.1.       Identitas Pasien
HNP terjadi pada umur pertengahan hal ini dikarenakan karena kandungan air discus telah berkurang sesuai dengan proses degeneratif pada tubuh manusia, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda berat).

2.2.       Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya diutarakan pasien adalah nyeri pada punggung bawah. Selain itu terdapat pula nyeri tekan. Hal ini desebabkan oleh spasme otot-otot tersebut dan spasme menyebabkan penekanan pada saraf. Neuron saraf menjadi terjepit lalu timbul reaksi zat kimia/bioaktif (serotonin , bradikinin dan prostaglandin). Zat-zat tersebut merupakan reseptor nyeri sehingga timbul rasa nyeri pada diri pasien.
P = paliatif/provokatif
Trauma (mengangkat atau mendorong benda berat), nyeri otot, geringgingan
Q = quality
Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri menyebar (referred fain). Nyeri bersifat menetap, hilang timbul, atau makin lama makin  nyeri .
R = region
Letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat. Nyeri dirasakan pada paha, dan bertambah nyeri bila digerakkan atau diangkat sampai menjalar ke pinggang
S = severity
Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan. Kondisi seperti ini menyebabkan pasien lebih banyak terlentang, miring kanan dan kiri, terlentang duduk masih dibantu dan tahan < 10 menit, berdiri belum kuat/mampu dan perlu bantuan bila berjalan hanya kuat 3 meter, dalam memenuhi aktiivitas sehari-hari sebagian masih dibantu atau ketergantungan pada orang lain seperti BAB dan BAK, kebutuhan istirahat terpenuhi.
T = time
Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri. Nyeri otot dan geringgingan dirasakan apabila digerakkan.

2.3.       Riwayat Keperawatan
a.       Riwayat penyakit sebelumnya
Hal ini perlu ditanyakan kepada pasien apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis) karena penyakit tersebut dapat menyebabkan terjadinya HNP. Perlu juga ditanyakan mengenai riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, karena  bisa menimbulkan nyeri punggung bawah
Selain itu perlu juga pasien ditanya apakah sebelumnya pernah jatuh, terpeleset ataupun mengalami sesuatu yang berhubungan dengan tulang belakangnya sehingga pasien merasa nyeri sepanjang kaki sampai pinggang. Hal ini dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa.
b.      Riwayat penyakit sekarang
Hal yang perlu ditanyakan adalah kronologis kejadian yang menyebabkan pasien mengalami HNP sampai akhirnya pasien menghubungi tenaga kesehatan, selain itu perlu ditanyakan pula obat apa yang sudah diminum pasien dan terapi apa yang dilakukan pasien untuk mengurangi nyerinya.

c.       Riwayat keluarga
Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah ada keluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien. Ataupun adakah keluarga pasien yang mengalami penyakit tertentu yang ada hubungannya dengan penyakit pasien, misalnya Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis).

2.4.       Data Dasar Pengkajian Pasien
Data yang diperoleh/diakajitergantung pada tempat kejadiannya, beratnya, apakah akut/kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan banyaknya akar syaraf yang terkompresi
·      Aktivitas/istirahat
Gejala yang muncul antara lain membutuhka papan/matras yang keras saat tidur, penurunan rentang gerak sendi dari ekstremitas pada satu bagian tubuh, dan ditandai dengan atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena
·      Eliminasi
Gejala yang muncul adalah konstipasi dan mengalami kesulitan dalam defekasi. Juga terdapat adanya inkontinensia atau retensi urine
·      Integritas ego
Gejalanya adalah ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas dan ditandai dengan pasien tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga dan orang terdekat
·      Neurosensori
Gejalanya adalah kesemutan, kekakuan dan kelemahan pada tangan dan kaki ditandai dengan penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia, nyeri tekan, spasme otot paravertebralis dan penurunan persepsi nyeri (sensori)
·      Nyeri/kenyemanan
Gejalanya adalah nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokkan badan, mengangkat kaki dan fleksi pada leher. Nyeri menyebar ke kaki, bokong/lumbal, bahu/lengan, dan kaku pada leher(servikal). Hal ini ditandai dengan perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang erangkat pada bagian tubuh yang terkena. Juga terdapat nyeri pada saat dipalpasi

2.5.       Pemeriksaan
a.    Pemeriksaan Umum
·      Keadaan umum
1.    Pemeriksaan tanda-tanda vital, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah HNP menyebabkan perubahan pada TTV pasien. Perubahan pada nadi, suhu, RR dan tekanan darah akan menyebabkan  gangguan pada system tubuh. Pemeriksaan kemudian dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut. Hal ini untuk mengetahui apakah HNP telah mempengaruhi organ tersebut. Kaji kemungkinan adanya perubahan neurologist pada organ tersebut untuk mengetahui apakah organ tersebut masih berfungsi dengan baik/tidak.
2.    Inspeksi
a.    inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakkan untuk evaluasi neurogenik apakah saraf-saraf di bagian tersebut masih berfungsi dengan baik/tidak.
b.    Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak. Ini menunjukkan adanya kelainan muskuloskeletal yang mengenai bagian tubuh tersebut. Hambatan yang terjadi dapat berupa kekakuan ataupun nyeri.
c.    Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak. Jika klien dapat mengenakan pakaian dengan wajar ini berarti fungsi muskuloskeletal dan persarafan pasien masih baik, begitu juga sebaliknya.
d.   Kemungkinan adanya atropi, pembengkakan, perubahan warna kulit. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa HNP sudah menunjukkan tanda-tanda perubahan morfologis pada tubuh pasien
3.    palpasi dan perkusi
a.    palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan klien.
b.    palpasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasanyeri. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagian tubuh manakah yang memiliki nilai nyeri paling tinggi. Bagian tersebut merupakan daerah dimana terjadi kelainan musculoskeletal dan persarafan akibat HNP
c.    Ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior. Hal ini dikarenakan arah tersering HNP adalah posterolateral karena akar saraf di daerah lumbal ke bawah sewaktu keluar melalui foramen saraf
d.   Palpasi dan perkusi perut, distensi perut, kandung kencing penuh. Untuk mengatahui apakah HNP mempengaruhi fisiologis bagian tubuh tersebut.
·      Neuorologik
1.    Pemeriksaan motorik
a.    Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah saraf perifer pasien masih baik ataukah sudah mengalami penurunan fungsi sehubungan dengan adanya proses patologik pada medulla spinalis yang mempersarafi bagian tubuh tersebut.
b.    atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-kiri. Salah satu tanda penurunan fungsi neurologist adalah menurunnya kemampuan saraf perifer dalam melakasanakan tugasnya untuk mempersarafi dan mengkoordinasi pergerakan otot, tulang dan sendi. Jika HNP menyerang pada saraf salah satu ekstremitas maka akan terjadi atropi otot pada maleolus atau kaput fibula yang dapat dilihat langsung perbedaan anatr ekstremitas
2.    Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentukan pula radiks mana yang terganggu.
3.    pemeriksaan refleks
a.    refleks lutut/patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai). Pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
b.    Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring, lutut posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
4.    Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk memeriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri. Selain itu dengan ROM dapat diketahui kekuatan otot dan persendian pasien apakah masih baik/buruk
b.    Pemeriksaan penunjang
·      Foto rontgen yang digunakan untuk memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang belakan/ruang invertebratalis dan dapat digunakan untuk mengesampingkan kecurigaan patologis lain seperti tumor atau osteomielitis
·      Elektroneuromiografi (ENMG) untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati. Pemeriksaan ini dapat melokolisasi lesi pada tingkat akar saraf spinal utama yang terkena
·      Mielogram menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik
·       Venogram epidural dilakukan pada kasus dimana keqakuratan dari mielogram terbatas
·      Lumbal pungsi digunakan untuk mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi atau adanya darah
·      CT scan dapat menunjukkan kanal spinal yang mengecil dan adanya rupture discus intervertebratalis
·      MRI  dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan lunak yang dapat memperkuat bukti adanya discus




























BAB III
ANALISA DATA DAN MASALAH KEPERAWATAN


3.1         Analisa Data
Dari hasil pengkajian kita dapat membuat analisa data. Pada data pengkajian ditemukan keluhan nyeri. Nyeri disebabkan karena adanya trauma  pada spinal cord sehingga menimbulkan gangguan sirkulasi/penekanan pada saraf pada daerah trauma. Hal tersebut menimbulkan munculnya reaksi zat kimia/bioaktif (serotonin, bradikinin dan prostaglandin) yang merupakan reseptor nyeri yang spesifik sehingga timbul rasa nyeri yang dirasakan pasien.
Selain itu terdapat atrofi otot dan penurunan rentang gerak tubuh, kelemahan otot dan nyeri/spasme otot paravertebralis. Hal ini menyebabkan pasien merasa lemas dan sulit bergerak pada anggota badan tetrutama pada daerah ekstremitas. Pasien menjadi mengalami gangguan dalam berjalan. Hal ini dapat menyebabkan gangguan mobilitas fisik pada diri pasien
Pasien juga merasa tidak terasa jika ingin miksi serta susah untuk buang air besar. Hal ini dikarenakan adanya lesi pada tulang belakang yang menimbulkan nyeri dan menyebabkan pasien malas bergerak sehingga pasien menjadi kurang aktifitas (immobilisasi). Hal ini kemudian memicu terjadinya gangguan eliminasi alvi.
Pada integritas ego pasien juga mengalami masalah. Ketakutan dan kecemasan pasien dalam menghadapi HNP dapat menjadikan pasien stres, cemas dan depresi. Hal ini dapat menyebabkan gangguan integritas ego ansietas pada pasien.






3.2         Masalah Keperawatan
Dari analisa data tersebut kita dapat mngambil diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1.      Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot
2.      Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus
3.      Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) b.d kurangnya aktifitas (immobilisasi)
4.      Ansietas b.d perubahan status kesehatan


BAB IV
INTERVENSI KEPERAWATAN

4.1.       Intervensi
1.    Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
·        Klien mengatakan tidak terasa nyeri.
·        lokasi nyeri minimal
·        keparahan nyeri berskala 0
·        Indikator nyeri verbal dan noverbal  (tidak menyeringai)
Intervensi :
Membantu klien untuk menentukan batas nyeri dengan skala 1-10. rasional dari tindakan ini adalah pengetahuan terhadap skala nyeri untuk dapat melakukan tindakan sesuai dengan intensitas nyeri.
Mengajarkan tehnik untuk menurunkan ambang nyeri seperti mengajarkan metode relaksasi, mengatur pernapasan, dan menggunakan obat analgetika. Rasionalnya adalah  tehnik relaksasi, dan mengatur pernapasan dapat menurunkan ambang rasa nyeri. Sedangkan obat dapat menghambat reseptor nyeri yang ada di otak
Mengkaji tanda vital pasien. Rasionalnya adalah perubahan tanda vital dapat digunakan sebagai indikator adanya perubahan intensitas nyeri.
Membatasi pergerakan klien. Rasionalnya adalah untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada syaraf tulang belakang dan mengurangi nyeri
Mengalasi tempat tidur klien dengan alas yang keras (tripleks). Rasionalnya adalah untuk menjaga posisi tulang punggung tidak berubah.


2.    Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil :
·        Tidak terjadi kontraktur sendi
·        Bertabahnya kekuatan otot
·        Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi
Ubah posisi klien tiap 2 jam. Rasionalnya adalah untuk menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit. Rasionalnya adalah gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit  rasionalnya adalah otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
3.    Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) b.d kurangnya aktifitas (immobilisasi)
Tujuan :
Klien tidak mengalami konstipasi
Kriteria hasil
·        Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
·        Konsistensifses lunak
·        Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
·        Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
Intervensi :
Auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristik. Rasionalnya adalah bising usus menandakan usus berfungsi normal.
Observasi distensi abdomen bila bising usus menurun atau tidak ada. Rasionalnya adalah peristaltik menghilang pada distensi abdomen atau meningkat bila terjadi gangguan usus.
Catat frekwensi, karakteristik dan banyaknya tinja. Rasionalnya adalah mengidentifikasi derajat gangguan dan tingkat perbaikan konstipasi.
Anjurkan untuk makan tinggi serat, banyak minum dan makan buah-buahan. Rasionalnya adalah makanan tinggi serat menjadikan tinja lunak, banyak minum mengurangi penyerapan pada tinja
Pemberian laksatif supositoria. Rasionalnya adalah merangsang peristaltik sehingga memudahkan pengeluaran tinja.
4.    Ansietas b.d perubahan status kesehatan
Tujuan :  Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
·        Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
·        Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi
 Kaji tingkat cemas klien,  bagaimana klien memecahkan masalah dan koping apa yang digunakan. Rasionalnya adalah mengidentifikasi kekuatan dan keterampilan klien dalam memecahkan masalah.
Berikan informasi akurat dan jawab setiap pertanyaan klien. Rasionalnya adalah memberi kesempatan klien untuk mengambil keputusan sesuai dengan pengetahuannya.
Memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya. Rasionalnya adalah hal tersebut dapat diberikan pada klien agar dapat mengungkapkan perasaannya untuk meningkatkan koping sesuai dengan
Evaluasi status psikologis dan tanda vital. Rasionalnya adalah untuk menilai sejauh mana perkembangan dari intervensi yang diberikan.



DAFTAR PUSTAKA




Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Price, Sylvia Anderson . 2003 . PATOFISIOLOGI : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M . 2002 . Buku Saku Diagnosis Keperawatan . Jakarta ; EGC































ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah 
Keperawatan Gawat Darurat II







 













Disusun Oleh :
Bayu P.M.

S 1 KEPERAWATAN / III A



STIKES PEMKAB JOMBANG
Jalan Dr. Soetomo No. 75-77 Jombang
Tahun Akademik 2008 / 2009 
ii
 

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penyusunan Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat II ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan tugas ini banyak sekali pihak yang membantu. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Yoyok Iswadi, S.Kep.BN selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat II yang telah membimbing kami, orang tua dan teman-teman yang membantu serta semua pihak atas kerja samanya sampai tugas ini selesai.
Atas keterbatasan kami dalam menyusun tugas ini kami sampaikan mohon maaf. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam tugas ini. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan adanya masukan, saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan tugas ini. Mudah-mudahan tugas ini bermanfaat bagi mahasiswa dosen serta para pembaca sekalian.



Jombang,  Maret 2010

Penyusun



ii
 

DAFTAR  ISI



HALAMAN JUDUL  ........................................................................................      i
KATA PENGANTAR   .....................................................................................     ii
DAFTAR ISI   ....................................................................................................    iii

BAB I    PENDAHULUAN 
1.1.      Pengertian ...................................................................................     1
1.2.      Patofisiologi ................................................................................     2
1.3.      Gejala  .........................................................................................     2
1.4.      Penatalaksanaan ..........................................................................     3
1.5.      Manifestasi klinis ........................................................................     4
1.6.      Pemeriksaan ................................................................................     4

BAB II   PENGKAJIAN  
2.1.      Identitas Pasien ...........................................................................     5
2.2.      keluhan utama  ............................................................................     5
2.3.      Riwayat Keperawatan ................................................................     6
2.4.      data dasar pengkajian pasien.......................................................     7
2.5.      Pemeriksaan.................................................................................     8

BAB III          ANALISA DATA DAN MASALAH KEPERAWATAN
3.1.   Analisa Data................................................................................   12
3.2.   Masalah Keperawatan..................................................................   13

BAB IV INTERVENSI KEPERAWATAN
4.1.   Intervensi ....................................................................................   14

DAFTAR PUSTAKA  .......................................................................................   17










iii
 



iii
 


iv
 
 



















Artikel Terkait:




Artikel Terkait:




Artikel Terkait:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar