Jumat, 11 November 2011

ASKEP GBS



Asuhan Keperawatan Klien Dengan Sindrom Guillain – Bare


1.Deskripsi
         Sindrom Guillain – Bare merupakan sindrom klinis yang ditunjukkan oleh onset (awitan) akut dari gejala – gejala yang mengenai saraf tepi dan kranial.Proses penyakit mencakup demielinisasi dan degenerasi selaput mielin dari saraf tepi dan kranial
2.Etiologi
   ~ Idiopatik
   ~ Kemungkinan respon allergi atau respon autoimune
3.Patofisiologi
         Askon bermielin mengonduksi impuls saraf lebih cepat dibanding akson tidak bermielin.Sepanjang perjalanan serabut bermielin terjadi gangguan dalam selaput (Nodus Ranvier) tempat kontak langsung antara membran sel akson dengan cairan ekstraselular. Membran sangat permeabel pada nodus tersebut sehingga konduksi menjadi baik
         Gerakan ion – ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat banyak pada Nodus Ranvier  sehingga impuls saraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat dari satu nodus ke nodus lain (konduksi saltatori) dengan cukup kuat.Kehilangan selaput mielin pada GBS membuat konduksi saltatori tidak mungkin terjadi dan transmisi impuls saraf batalkan

4.Patofisiology Nursing of Problems (PNP)

PATHWAY GBS
Pengkajian

·        Pengkajian terhadap komplikasi GBS meliputi pemantauan terus-menerus terhadap
         ancaman gangguan gagal nafas akut
·        Komplikasi lain : ~ disritmia jantung
                               ~ trombosis vena profunda dan emboli paru-paru
Anamnese

·        Keluhan utama : ~ kelemahan otot
                              ~ kelemahan fisik secara umum maupun lokalis seperti melemahnya
                                 otot-otot pernafasan
·        Riwayat penyakit saat ini :
        ~ melemahnya otot pernafasan
        ~ disfagia
  ~ kelemahan ekstremitas atas dan bawah
·        Riwayat penyakit dahulu
  ~ ISPA
  ~ Infeksi Gastrointestinal dan tindakan bedah saraf
  ~ Pemakaian obat kortikosteroid
  ~ Pemakaian obat antibiotika
·        Pengkajian psiko-sosio-spiritual
  ~ Status emosi,rasa cemas,ketakutan akan kecacatan
  ~ Kognitif dan perilaku klien
  ~ Mekanisme koping terhadap kesehatan saat ini dan perubahan perilaku stress
·        Pemeriksaan fisik
  ~ Sebaiknya dilakukan persistem B1-B6 di fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan
      B3  (brain) yang terarah dan di hubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien
·        B1(Breathing)
  ~ Inspeksi : didapatkan klien batuk,peningkatan produksi sputum,sesak
      nafas,penggunaan
      alat bantu nafas dan peningkatan frekuensi pernafasan karena infeksi saluran
      pernafasan
  ~ Palapasi : taktil premitus seimbang kanan dan kiri
  ~ Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti ronkhi akibat akumulasi sekret dari infeksi
      ISPA
·        B2 (Blood)
  ~ Kardiovaskuler : ~ Bradicardi yang berhubungan dengan penurunan perfusi perifer
                                 ~ Hipotensi ortostatik atau tekanan darah meningkat berhubungan
                                    dengan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis
·        B3 (Brain)
  ~ Tingkat kesadaran : biasanya klien kesadarannya compos mentis
  ~ Fungsi Serebri : status mental mengenai tingkah laku,gaya bicara ekspresi
     wajah,aktivitas motorik pada tahap lanjut disertai penurunan tingkat kesadaran
        ~ Pemeriksaan Nervus Kranialis (I s/d XII )
           Nervus I (Olfaktorius) → tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak terganggu
           Nervus II (Optikus)  → tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal
           Nervus III,IV dan V → penurunan kemampuan membuka dan menutup kelopak
                                                 mata,paralisis okular
           Nervus V→ paralisis otot wajah sehingga menggangu proses mengunyah
           Nervus VII → persepsi pengecapan dalam batas normal,wajah asimetris karena
                                   adanya paralisis unilateral
            Nervus VIII → tidak ada tuli konduktif dan tali persepsi
            Nervus IX,X → paralisis otot ofaring,kesukaran berbicara,mengunyah dan
                                      menelan.Kemampuan menelan kurang baik sehingga menggangu
                                      pemenuhan nutrisi via oral
            Nervus XI → tidak ada alrofi atet sternokleidomasteidens dan trapezius.Kemampuan
                                  mobilisasi leher baik
            Nervus XII → lidah simetris,tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi
§  Sistem Motorik
                     Kekuatan otot menurun,kontrol keseimbangan dan koordinasi pada klien GBS tahap
                     Lanjut mengalami perubahan.Klien mengalami kelemahan motorik secara umum sehingga mengganggu mobilitas fisik

§  Pemeriksaan Refleks  Tendon

§  Gerakan Involunter
                     Tidak ditemukan adanya tremor, kejang, Tic dan distonia .
§  Sistem Sensorik
                     Paraestesia ( kesemutan kebas ) dan kelemahan otot kaki yang dapat berkembang ke         
             ektremitas atas dan otot wajah. Penurrunan kemampuanpenilaian sensorik raba, nyeri dan suhu
       
·         B 4 ( Bladder )
         ~ Berkurangnya  volume pengeluaran urine ( akibat penurunan perfusi dan penurunan      
               curah jantung ke ginjal.
        
·        B 5 ( Bowel )
         ~ Mual dan muntah akibat peningkatan produksi asam lambung. Anoreksia,dan   kelemahan otot- otot pengunyah dan menelan  menyebabkan pemenuhan nutrisi via oral berkurang.
        
·         B 6 ( Bone )
        ~ Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas
           klien secara umum dan pemenuhan kebutuhan  sehari-hari klien  lebih banyak dibantu.
        
         Pemeriksaan Diagnostik 
         Diagnosis GBS bergantung   :
       - Riwayat penyakit dan perkembangan gejala-gejala klinik
       - Tidak ada satu pemeriksaan pun yang dapat memastikan GBS,pemeriksaan  tersebut
 hanya untuk menyingkirkan gangguan. CT Scan atau MRI untuk menyingkirkan    
Dx.Mielopati.
       - Penurunan kapasitas fungsi pulmonal dapat menunjukkan kebutuhan akan ventilasi 
          mekanik.

         Penatalaksanaan Medis
         GBS merupakan kedaruratan medis dan klien memerlukan perawatan intensif guna
       mengatasi krisis yang mengancam jiwa .
      - Observasi pernafasan , bila terjadi gagal nafas perlu alat bantu pernafasan yaitu ”Respirator”
      - Monitor EKG~ Pasang NGT bila terjadi gangguan menelan.
      - Mencegah infeksi dan komplikasi imobilitas.
      - Tdk ada ”Drug of choice
      - Kortikosteroid ----- kontroversi
      - Imunoglobulin ----- mahal.

         Diagnose Keperawatan
1.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan progresif cepat otot-otot pernafasan dan ancaman gagal pernafasan

2.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran

3.      Risiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, dan konduksi listrik jantung

4.      Resiko tinggi defisit cairan dan hipovolemik

5.      Risiko gangguan nutrisi

6.      Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan oto,dan penurunan kesadaran

7.      Gangguan persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensorik, transmisi sensorik,dan integrasi sensorik

8.      Koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit,perubahan psikososial,perubahan perspeksi kognitif,perubahan aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan,dan merasa tidak ada harapan

9.      Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakit yang buruk


Artikel Terkait:




Artikel Terkait:




Artikel Terkait:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar