Rabu, 28 September 2011

KONSEP SIKAP


Konsep Sikap

Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu melalui perilaku tertutup. Newcomb, salah seorang ahli psikologi mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap juga dapat dikatakan sebagai kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2005 ).

Komponen Pokok Sikap
Menurut Allport, sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok yaitu :
1.      Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit hipertensi misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit hipertensi.
2.      Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Seperti contoh poin 1  tersebut, berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit hipertensi, apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.
3.      Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah    ancang-ancang   untuk     bertindak   atau    berperilaku  terbuka
( tindakan).
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ( total atitude ). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Tingkatan Sikap
1.   Menerima ( Receiving )
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan  ( objek ).
2.   Menanggapi ( Responding )
Menanggapi disini diartikan memberikan  jawaban  atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3.   Menghargai ( valving )
       Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
 4.  Bertanggung jawab ( responsible )
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang diyakininya, dia harus berani mengambil resiko          
                                 ( Notoatmodjo, 2005 )

Karakteristik Sikap
1. Arah
Sikap memiliki  arah, artinya sikap terpilih pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju, mandukung atau memihak terhadap suatu objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif.
2. Intensitas
Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda.
3.   Keluasan
Sikap  memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.
4. Konsistensi
Sikap juga memiliki konsistensi, maksudya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap tersebut. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang.
5. Spontanitasnya
   Karakteristik sikap yang terakhir yaitu spontanitasnya, yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan memiliki memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya.

Struktur dan Pembentukan Sikap
Menurut Azwar (2003), sikap terdiri atas tip komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (afektif), dan komponen konatif (conative).
1.      Komponen Kognitif
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Mann 1969 dalam Azwar (2003) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang telah kita lihat, kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu obyek. kepercayaan dapat terus berkembang. Pengalaman pribadi, apa yang diceritakan orang lain, dan kebutuhan emosional kita sendiri merupakan determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan. Pengalaman pribadi yang digeneralisasikan ini lalu terbentuk stereotype. Sikap yang didasari pola stereotype sangat sulit menerima perubahan. Kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat. Kadang-kadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi.
1.      Komponen Afektif
Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai suatu yang benar dan berlaku bagi obyek yang termaksud.
2.       Komponen Konatif
Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan perilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Karena itu logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkan dalam bentnk tendensi perilaku terhadap obyek.
                     Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami Oleh individu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik. yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapi.
                     Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap, diantaranya adalah :
1.      Pengalaman Pribadi
Tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu obyek psikologis, seseorang cenderung membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut.
2.      Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara kemponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita.
3.      Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
4.      Media masa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugasnya media masa membawa pula pesan­-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
5.      Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sisten'i mernpunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
                                                                                 ( Notoatmodjo, 2003 )




2.2.6 Pengukuran Sikap
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan ( assessment ) atau pengukuran(measurement) sikap. Oleh karena itu, masalah pengukuran sikap akan mendapat perhatian khusus dalam pembahasan kita.
Beberapa karakteristik dan dimensi sikap yaitu :
1.      Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilih pada 2 arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap sustu objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif.
2.      Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda.
3.      Sikap juga memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.
4.      Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap termaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang.
5.      Karakteristik sikap yang terakhir adalah spontanitasnya, yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan.
Berikut adalah uraian mengenai beberapa diantara banyak metode pengungkapan sikap yang secara historik telah dilakukan orang.
a.       Observasi perilaku
b.      Penanyaan langsung
c.       Pengungkapan langsung
( Notoatmodjo, 2005 )
Prosedur pengungkapan langsung dengan aitem tunggal sangat sederhana. Responden diminta menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju. Penyajian dan pemberian responnya yang dilakukan secara tertulis memungkinkan individu untuk menyatakan sikap secara lebih jujur bila ia tidak perlu manuliskan nama atau identitasnya.
Skala sikap ( attitude scales ) berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respon subjek pada setiap pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidak setujuannya terhadap isi pernyataan dalam empat macam kategori jawaban, yaitu “ Sangat Tidak Setuju “(STS ), “Tidak Setuju” ( TS ), “ Setuju  “(S ), dan “ Sangat Setuju“
( SS ).


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2003).Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

                        . (2005). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta  



Artikel Terkait:




Artikel Terkait:




Artikel Terkait:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar